Manado, Barta1.com – Virus flu babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) adalah penyakit pada babi yang sangat menular yang dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 % mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar.
Terkait dengan wabah ASF yang menyerang ternak babi, dan sudah melanda banyak daerah di seluruh Indonesia, Ketua Komisi II DPRD Sulut, Priscilla Cindy Wurangian kepada Barta1.Com, saat ditemui di kantor DPRD Sulut, Kamis (24/06/2021). Menuturkan, akan terus memantau setiap perkembangan dan berkoordinasi dengan Dinas terkait.
“Kami terus-menerus berkoordinasi dan mengimbau agar Pemprov Sulut melalui dinas-dinas terkait ditingkatan provinsi maupun kabupaten/kota sampai ke tingkat kecamatan, kelurahan dan desa, untuk dapat selalu waspada,” tutur wanita kelahiran 23 Juni 1981.
Ia menambahkan, wabah tersebut sempat menghilang menjelang akhir tahun 2020. Namun, mulai menyebar kembali di Kabupaten Flores Timur dan Lembata awal tahun 2021. Dari total populasi babi di NTT sebanyak sekitar 2 juta ekor, diperkirakan ratusan ribu ekor babi mati terserang Virus ASF.
Virus ASF sangat tahan hidup di lingkungan serta relatif, dan lebih tahan terhadap disinfektan. Meskipun provinsi Sulut masih belum tersentuh dengan wabah tersebut, Wurangin mengingatkan agar dilakukan pencegahan di Sulut
“Untuk saat ini, Sulut masih aman terhadap wabah ini, dan kami selalu mengimbau sekali lagi untuk dinas-dinas terkait mengadakan langkah-langkah preventif. Ada standar operating prosedur yang jelas, terstruktur, sistematis harus segera ada. Agar supaya pencegahan lebih baik daripada penyesalan, dan ketika sudah terjadi tidak perlu saling menyalahkan,” tuturnya.
Meskipun wabah tersebut tidak berpengaruh kepada manusia, tetapi sangat berpengaruh terhadap ekonomi para peternak babi. “Karena wabah ini sangat mematikan, walaupun tidak akan berefek kepada manusia. Tetapi, ketika wabah ini masuk kita lihat contoh di wilayah-wilayah lain. yang sudah terdampak. Karena penyakit ASF ini, maka peternakan Babi bisa habis dalam seketika,” tandasnya.
Diketahui, wabah ini pertama kali memasuki wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) pada akhir tahun 2019 dari Dili, Timor Leste, lewat jalur darat. Virus ini pun menyebar dengan cepat di Pulau Timor hingga menyeberang ke Pulau Flores dan mengakibatkan ribuan ekor babi di Kabupaten Sikka mati mendadak.
Data Dinas Peternakan NTT menyebutkan, sampai Juli tahun 2020 virus ASF mengakibatkan 23.568 ekor babi mengalami kematian. Virus menyebar di Kabupaten Belu,Timor Tengah Selatan (TTS),Timor Tengah Utara (TTU), Malaka, Kupang, Sumba Barat Daya (SBD), Sumba Barat, Rote Ndao, Sabu Raijua, Alor dan Sikka.
Peliput : Meikel Pontolondo
Discussion about this post