Tahuna, kendati hanya sebuah kota kecil di daerah perbatasan Indonesia—Filipina, namun dalam sepuluh tahun terakhir, ibu kota kabupaten kepulauan Sangihe ini telah masuk dalam peta perkembangan teater modern Indonesia.
Sejumlah pertunjukan teater berkelas dari negeri para pelaut itu sering mengisi panggung-panggung teater di berbagai kota di Indonesia, baik lewat festival dan pentas mandiri. Di sana, Fajar Gultom bisa dikata sosok terkini di balik perkembangan seni panggung itu.
Fajar Gultom, sendiri dikenal sebagai seorang actor dengan kemampuan acting yang luar biasa. Sejumlah sutradara terkemuka Sulut sering memintanya ikut dalam pertunjukan yang mereka sutradarai, antaranya lakon Para Penjudi yang disutradarai Eric MF Dajoh.
Ia lahir di Pekanbaru, 25 April 1984. Menyandang Sarjana Seni Jurusan Teater di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung. Pengalamannya di atas panggung teater Indonesia bermula pada pentas pertama Oidipus. Selama di Jawa, ia juga pernah bergabung dengan beberapa kelompok teater antaranya, Payung Hitam, Main Teater, STB, Cassanova, Laskar Panggung.
Saat mulai mukim di Tahuna, ia menyutradarai teater pelajar dan menjuarai beberapa kali ivent di luar daerah. Menjadi juara umum di Festival Teater Pelajar Tingkat Nasional dalam naskah Pelajaran.
Fajar juga menyutradarai sejumlah lakon berkelas untuk grup binaannya di sana. Lakon-lakon garapannya yang pernah dipanggungkan antaranya, Sumur Tanpa Dasa, Pinangan, Bapak, Ayahku Pulang, Taman, Ozon, Pangkunang, dan beberapa naskah karya Iverdixon Tinungki.
Ia juga menulis drama dan menyutradarainya sendiri antaranya, Biografi Pink, Membaca Tanda Tanda, dan Membaca Tubuh Sunyi. Menetap di Kota Tahuna karena mengikuti istri yang menjadi abdi negara sebagai dokter di Sangihe pada tahun 2010.
Sebagai dramawan yang kaya pengalaman dalam berbagai pentas di sentrum teater Indonesia seperti Jogya, Bandung dan Jakarta, kehadirannya di Kota Tahuna langsung memberikan roh baru pada khazanah teater di negeri peninggalan kerajaaan itu. Sejak kedatangannya, ia mulai membangun kultur teater lewat sekolah dan organisasi gereja di sana. Kemudian ia mendirikan Sanggar Seni Sariwang.
Kisaran sepuluh tahun kiprahnya di Tahuna, pertumbuhan aktivitas berteater dan berdirinya sejumlah grup baru nampak semarak. Sejumlah nama-nama sutradara dan pegiat teater seperti di Tahuna antaranya, Eston Macpal, Yusak Salamate, Christian Boham, Gerald Kobis, Hendricko Sidangoli, di Siau, Zadrik Dauhan, Buyung Mangangue mulai tampil ke permukaan. Ajang festival tahunan juga mulai marak berlangsung baik di Tahuna, dan Siau.
Fajar sendiri bisa dikata sebagai motor penggerak baru perteateran Sangihe Talaud yang saat ini telah berhasil menghadirkan sejumlah pertunjukan grup-grup dari daerah itu di panggung-pangung teater Sulut dan nasional.
Penulis : Iverdixon Tinungki
Discussion about this post