• Contact
  • Home 1
    • Indeks Berita
  • Home 2
  • Home 3
  • Home 4
  • Home 5
  • Kebijakan Privasi
  • Laman Contoh
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Webtorial
Kamis, Juni 30, 2022
  • Login
Barta1.com
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Edukasi
    • Nasional
    • Barta Grafis
    • Prodcast
  • Politik
  • Kultur
    • Budaya
    • Sejarah
    • Seni
    • Sastra
    • Biografi
  • Fokus
    • Lipsus
    • Opini
    • Tajuk
  • Olahraga
  • Mereka Menulis
    • Esoterisisme
    • SWRF
  • Video
  • Webtorial
  • Indeks Berita
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Edukasi
    • Nasional
    • Barta Grafis
    • Prodcast
  • Politik
  • Kultur
    • Budaya
    • Sejarah
    • Seni
    • Sastra
    • Biografi
  • Fokus
    • Lipsus
    • Opini
    • Tajuk
  • Olahraga
  • Mereka Menulis
    • Esoterisisme
    • SWRF
  • Video
  • Webtorial
  • Indeks Berita
No Result
View All Result
Barta1.com
No Result
View All Result
Home Kultur

Sajak-sajak Kontemplasi (4): Maukah Kau Melihat Venus

by Iverdixon Tinungki
20 September 2020
in Kultur, Sastra
0
ilustrasi

ilustrasi

0
SHARES
88
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Karya: Iverdixon Tinungki

Hidup adalah sebuah partitur raksasa
Dan manusia tak lain cerminan semesta

Pernahkah engkau melihat seseorang sangat putus asa
Mengurungkan niat bunuh diri karena ia kasihan
Pada raut wajah anjing miliknya?
Dalam kemungkinan tak terbatas
Begitulah alam menyajikan jalinan peristiwa
tak ada kebetulan dalam buku kehidupan
Maukah kau melihat venus
Saat matahari tenggelam
Sebelum kau bertanya: siapakah dirimu?
Pandanglah…
Betapa megah rahasia kesepian dipeluknya
Tapi selalu ada jalan bagi siapapun untuk bertemu
Karena kita bisa merangkai kereta atau sebuah payung
Di deretan bintang
Bahkan ia ibu mengantar kita
Pada sebuah harapan
Lihatlah sungaisungai jelita
Menyembunyikan rahasia menawan
Tentang perjumpaan pada petualangan hujan
menggembara ke seluruh bentangan benua
Begitu alam mengajarkan kemungkinan tak terbatas itu

Sejak kita menjadi pewaris kesedihan
Kesempatan kedua adalah bertahan di tengah kesepian
Pabila tak ada kelembutan dalam pendidikan
Kita harus tangkas berperang
Kendati itu sekadar untuk sebutir beras
Sekerat daging
Bahkan impin untuk menengok matahari rebah
Di tepi pantai
Karena di kota hancur ini
Tak ada lagi benarbenar milik alam dan Tuhan
Segalanya disekat masingmasing kepentingan
Para ayah akan mengajar putra putrinya bertarung
Hingga semua tumbuh dalam rasa kesendirian
dan kerasnya hidup
Maukah kau melihat Venus
Cinta paling tulus itu hanya ada dalam sepi teringkus

Wahai kekasihku, hari adalah detakan jam
Apa kau nanti
Di sebuah kota paling hancur
Hanya ada pintu dan sepi
Kita bertatapan di bawah waktu itu
Sebagai tamu dan penjaga pintu
Batas diciptakan seakanakan karma
Dan manusia diperangkap derajat
Kelas
Lambanglambang yang harus direbut
atau ditaklukan
dengan ganas
karena rumahrumah bersisihan dipagari tembok
Menegaskan seakan sejak lahir manusia adalah pencuri
Makhluk yang harus diwaspadai
Dengan anjing
Dengan senjata angin
Dan tatapan suram
Kendati itu di pagi hari yang begitu tentram

Kekasihku, bukankah kamu punya senyuman
Kita bisa bersepeda menyusuri jalan
Rindang pohon kenanga
Tepi laut tempat matahari
Mengikhlaskan malam mencecap asinnya
Kita bisa bergandengan tangan
Berciuman atau berkelakar
Hingga langit mendengar keramaian kita
Bahwa hidup sesungguhnya sesuatu yang riang
Dan seorang bayi akan lahir dalam sejarah indah
Sang lazarus yang dibangkitkan
Selalu dibangkitkan
Sebagai sejarah ujung pangkal kefanaan
Dan engkau membesarkannya dengan senandung
Air susu murni
Dari penggalan ketela, sayur pakis
diseduh darahmu dalam perasaan paling halus
Namun di kota yang hancur ini
Aku harus menulis
Dari imajinasi liarlah ilalang pertama tumbuh
Dan gandum menyerupainya
Lalu firman memperumpamakannya
Seakan hidup dihuni dua wujud
Selalu mempertengkarkan dunia
Beriburibu tahun kemudian
Ketika api telah dipahami
Di sanalah cinta pertama bersemi
Dia yang mendekap semua
Dan membimbing ke tempattempat
Dimana segala sesuatu bukanlah kebetulan
Tapi hal yang harus di tebus
dibangkitkan
Oleh cinta yang paling halus

Seumpama kau punya harapan setinggi langit
Maka ibu selalu punya tangan memelukmu
Demikian cinta itu
Andaikata ada peluru mendekatimu
Cinta ibu lebih teguh memberi engkau hidup
Pada suatu hari saat luka menganga
Ibu akan berkata: biarlah bulannya memancar
menerangi
Telagatelaganya bersenandung
Karena apa lebih sonata
dibanding sanubarinya tak banyak berkatakata
Namun menajamkan langkah dengan bait doa
dan apa yang dikekalkan oleh airmata
Ia tak punya masa
Selain menghidupi mimpinya
Melewati jejak dukacita

Bukankah semua orang akan bertemu waktu
Memandang gandum dan ilalang
Andaikata aku bisa memilih
Aku memilih bahagia saja
Karena yang sempurna bagiku
adalah melihatmu di tengah savana
sebagai cinta
Yang menari dan terus menari
Yang mendetak dan terus mendetak
Setidaknya sebelum aku mengatupkan mata
Sebab seandainya engkau pun pergi
Aku cukup menengoknya ke dalam hati
Kenangan itu selalu di sana
Seperti venus
Atau wujud loncenglonceng air dijatuhkan surga
Buat tanah tersenyum, dan retaknya terekat
Hingga Tuhan menghidangkanku sepotong roti
Misa paskah
Sekuncup bunga
Dan darah cinta yang membentuk matahari
Punya cahaya
Untuk venus menemukan jalannya

O Tuhan yang membangkitkanku!
Di tengah masyarakat yang sakit
Dan suara anjinganjing politik menggertak
Kamu pasti tahu aku menyukai Yasunari Kawabata
Karena gadis penari dari Izu
Bahwa tak ada keinginan tunggal dalam diri perempuan
Namun lelaki bukan berarti tak punya airmata
Di bumi biru itulah aku ditempa
Bahwa gadis paling bisu sekalipun
Punya permata di pucukpucuk bibirnya
Dan pabila engkau memeluk dan mengecupnya
Seluruh tubuhnya akan berkata: manusia
Tak semata lapisan dongeng dalam sejarah purba
Namun injil yang hidup kendati tersembunyi
Di tepitepi laut
Di semak benua
Dan bintangbintang berkedip
Yang dibutuhkan adalah saling membawa pada cahaya
Hingga antara perumpamaan gandum dan ilalang
Kita memilih bahagia saja

Di bawah kolong langit
Apa lebih penting selain menjalani rasa sakit
Dari lahir ke mati kita terus diuji untuk bangkit
Pabila aku mengucapkan ingin bercinta denganmu sekarang
Maka hujan menetes
Dan kecambah tumbuh
Sebab segala yang hidup berasal dari cinta
Masikah kamu ingin melewatkan hari
Tanpa bertukar lembutnya sapa
Sedang untuk itulah Tuhan menempa kata
Hingga manusia punya tabungan cerita

Lihatlah cinta adalah keringat
Menyucikan abu abadi
Tanpa syarat
Seperti dua api saling membakar
Memancarkan terang
Terang bercahaya
Di sebuah kereta kencana
bernama duka cita
Ia bibir tak menceritakan apa pun
Datang untuk kecupan
Ia makna tak memejamkan mata
Hanya menari dan terus menari
Hanya mendetak dan terus mendetak
Siapa tak merindukannya
Sepengecut belatung dalam kubang luka
Lalu senja menjadi sesuatu yang menakutkan
Karena tak ada yang mau menukarnya
Bahkan saat nasib sekadar susunan karma
Dan kendati gadis ajaib itu suatu ketika akan sendiri
Sebagai lautan katakata luput dilayari
Apalagi bagi segala tak abadi
Setidaknya engkau telah meretihkannya setitik api
Karena selama masih ada cinta
Segala sesuatu dapat diperbaiki
Apakah kamu ingin datang
Merasakan perbedaan usia
Hingga batasbatas menjadi runtuh
Dalam percakapan antar manusia
Dan tak ada lagi patut ditakutkan
Karena hidup adalah berbagi
Menjadi
dan menjaga
seperti venus terpuja itu
lihatlah di atas sana
ia terus melangkah sebagai kembaran bumi

Barta1.Com
Tags: kontemplasimembuat puisimembuat puisi panjangPuisipuisi panjangsajak
ADVERTISEMENT
Iverdixon Tinungki

Iverdixon Tinungki

Jurnalis dan sastrawan. Pendiri dan Editor senior di Barta1.com

Next Post
DPS bisa dicek di Kantor Kelurahan setempat

Ayo Cek Nama Anda Dalam Daftar Pemilih Sementara

Discussion about this post

Berita Terkini

  • Didampingi Dua Kementerian, Senator Stefanus Liow Serap Aspirasi di Pulau Bunaken 30 Juni 2022
  • Belajar dari Abrasi Pantai Amurang, Ini yang Diingatkan Sandra Rondonuwu 29 Juni 2022
  • Istri Alm FJ Tumbelaka Sakit, James Tuuk Sebut SK Gubernur Nomor 196 Tahun 2022 29 Juni 2022
  • Festival Pisang di Desa Kalasey Dua, Hasan: Menandakan Ada Masalah Serius 29 Juni 2022
  • James Arthur Kojongian Kembali Jabat Wakil Ketua DPRD Sulut 29 Juni 2022

Berita Populer

  • ilustrasi naskah pidato

    Contoh Teks Pidato Untuk Siswa SMP-SMA Bertema Covid-19

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mencari Teks Pidato Untuk Tugas Siswa SD Bertema Melawan Corona? Ini Dia…

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membuat Karangan Bertema COVID-19, Contoh Tugas Siswa SMP dan SMA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Putra Mantan Bupati Sangihe Ditangkap Polisi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mencari Naskah Drama Natal Pendek? Ini Dia…

    407 shares
    Share 407 Tweet 0

Temukan Kami di FB

© 2018-2020 Barta1.com - Hosting by ManadoWebHosting.

No Result
View All Result
  • Contact
  • Home 1
    • Indeks Berita
  • Home 2
  • Home 3
  • Home 4
  • Home 5
  • Kebijakan Privasi
  • Laman Contoh
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Webtorial

© 2018-2020 Barta1.com - Hosting by ManadoWebHosting.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In