• Contact
  • Home 1
    • Indeks Berita
  • Home 2
  • Home 3
  • Home 4
  • Home 5
  • Kebijakan Privasi
  • Laman Contoh
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Webtorial
Selasa, Juni 28, 2022
  • Login
Barta1.com
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Edukasi
    • Nasional
    • Barta Grafis
    • Prodcast
  • Politik
  • Kultur
    • Budaya
    • Sejarah
    • Seni
    • Sastra
    • Biografi
  • Fokus
    • Lipsus
    • Opini
    • Tajuk
  • Olahraga
  • Mereka Menulis
    • Esoterisisme
    • SWRF
  • Video
  • Webtorial
  • Indeks Berita
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Edukasi
    • Nasional
    • Barta Grafis
    • Prodcast
  • Politik
  • Kultur
    • Budaya
    • Sejarah
    • Seni
    • Sastra
    • Biografi
  • Fokus
    • Lipsus
    • Opini
    • Tajuk
  • Olahraga
  • Mereka Menulis
    • Esoterisisme
    • SWRF
  • Video
  • Webtorial
  • Indeks Berita
No Result
View All Result
Barta1.com
No Result
View All Result
Home Kultur Budaya

Lagu Cinta Asmara Dalam Tradisi Masamper

by Ady Putong
4 Juni 2020
in Budaya, Opini
0
Penulis (paling depan di barisan) bersama orang-orang di kampung melantunkan masamper di acara pesta pernikahan sekitar tahun 1995. (foto: dok pribadi)

Penulis (paling depan di barisan) bersama orang-orang di kampung melantunkan masamper di acara pesta pernikahan sekitar tahun 1995. (foto: dok pribadi)

50
SHARES
184
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Catatan: Sovian Lawendatu

Masamper, sebagai tradisi seni vokal, memiliki stok lagu yang beraneka ragam. Salah satunya adalah Lagu Cinta Asmara atau Nyanyian Muda-Mudi, yang oleh komunitas Masamper disebut ‘Lagu Percintaan Badani’.

Seperti Lagu Cinta Asmara umumnya, Lagu Cinta Asmara dalam Masamper adalah sejenis lagu yang mengekspresikan gejolak rasa kasmaran (erotis) muda-mudi. Bedanya, Lagu Cinta Asmara dalam konteks Masamper dinyanyikan secara dramatis/teateristis. Dalam hal ini para pelaku Masamper—
yang biasanya tampil secara berkelompok—berperan sebagai umbaseng (nyong) dan mahuala (nona) yang saling mengekspresikan gejolak rasa cinta asmaranya.

Semua itu dimungkinkan oleh eksistensi Masamper sebagai aktivitas ‘Mepapate Wisara’ yang agaknya berakar pada tradisi Me’sambo ataupun Me’papantung – bandingkan dengan tradisi Berbalas Pantun dalam dunia budaya Melayu (Melayu Polinesia?) pada umumnya. Di titik itulah Masamper menjalankan fungsi rekreatifnya bagi komunitasnya: masyarakat Nusa Utara atau Sangihe dan Talaud.

Lantas, kapankah Lagu Cinta Asmara mulai digunakan dalam Masamper? Apa latar belakang sosiokulturalnya? Bagaimanakah ciri keberadaan Lagu Cinta Asmara dalam Masamper?

Brilman dalam bukunya “Onze zendingsvelden De zending op de Sangi – en Talaud – einlanden” (1938:59) menulis tentang tradisi Masamper yang eksis dalam konteks huiselijke feesten (pesta keluarga) di Nusa Utara pada masa penulisan bukunya itu. Perhatikan kutipannya yang disertai dengan terjemahannya yang afdol dalam bahasa Indonesia.

“Als tijdpasseering bij huiselijke feesten, zoals verjaardagen en dergelijke, wordt zeer veel gezongen, hetzij met elkander of groepsgewijze in beurtzang. Want de bevolking houdt veel van zingen… In plaats van de oude volkzangen heeft de jeugd nu een heel repertoire van christelijke liederen, jeugd – en minnezangen en versjes, waarin het eigen dorp wordt verheerlijkt” —

“Sebagai pengisi waktu di pesta-pesta keluarga seperti hari ulang tahun dan sejenisnya orang suka sekali menyanyi, baik bersama-sama atau berkelompok secara berbalas-balasan. Sebab rakyat sangat menggemari menyanyi…. Sekarang ini ganti nyanyian rakyat dahulu kala (sasambo) kaum muda memiliki serentetan nyanyian rohani, nyanyian muda-mudi, nyanyian cinta-kasih dan lagu-lagu yang memuji-muji akan desa sendiri” (Wuaten dkk dalam BPS GMIST, 1986:49).

Brilman menulis bukunya tersebut kira-kira dari tahun 1927 hingga 1937. Perkiraan ini didasarkan pada kenyataan bahwa buku Brilman tersebut merupakan laporan tentang kehidupan masyarakat (penduduk) kepulauan Nusa Utara dalam gamitannya dengan kegiatan perzendingan. Brilman sendiri adalah zendeling yang melaksanakan pekerjaan zending di kepulauan ini sejak tahun 1927.

Setahun sebelum bukunya itu terbit, yakni pada tahun 1937, Brilman masih bertugas sebagai zendeling di Nusa Utara, khususnya di Resor (Ressort) Tabukan Utara, yang berpusat Enemawira. Jadi, dengan mengabaikan tahun terbitnya (1938), buku Brilman tadi kira-kira ditulisnya dari tahun 1927 hingga 1937. Pada gilirannya, jika dalam kutipan isi bukunya tadi Brilman menggunakan frase “In plaats…(Sekarang ini)”, maka maksudnya jelas, bahwa Lagu Cinta Asmara atau Nyanyian Muda-Mudi sudah digunakan sebagai materi kegiatan Masamper dalam konteks pesta-pesta keluarga masa penulisan buku Brilman tersebut (1927-1937) #Kenyataan ini otomatis berlaku juga bagi eksistensi “nyanyian cinta-kasih” ( = Lagu Pernikahan) dan “lagu-lagu yang memuji-muji akan desa sendir” ( = Lagu Sejarah Lokal) yang digunakan sebagai materi Masamper yang berlangsung dalam konteks pesta-pesta keluarga di Nusa Utara pada masa itu.

Bila dijejaki lebih jauh, kutipan isi Brilman tadi sebenarnya mengimplikasikan fakta-fakta sejarah perkembangan Masamper pada kisaran tahun 1927-1937. Perkembangan itu tidak hanya menyangkut perkembangan lagu-lagu materi Masamper, yang ditandai antara lain dengan penggunaan Lagu Cinta Asmara, tetapi juga menyangkut perkembangan bentuk dan konteks pelaksanaan Masamper. Mengapa demikian? Ini mudah dimengerti, sebab sebelum berfungsi sebagai pengisi acara atau sarana penghiburan dalam pesta-pesta keluarga, Masamper berfungsi sebagai sarana penghiburan di rumah duka (sterfhuis). Ini berkaitan dengan acara Ibadah Malam Penghiburan atau Ibadah Satu Malam, Ibadah Tiga Malam, Ibadah Tujuh Malam, dan Ibadah Empat Puluh Malam (lihat Brilman, Ibid., hal. 55 – 56).

Dalam konteks acara kedukaan itu, Masamper eksis sebagai tradisi menyanyi yang semata bermaterikan lagu-lagu rohani gerejawi (christelijke) secara berbalasan disertai dengan aksi ‘tunjuk menunjuk’, sehingga Masamper dinamai Tunjuke atau Me’tunjuke. Nah, kegiatan Masamper yang Brilman maksudkan tadi — yakni kegiatan menyanyi bersama atau berkelompok secara berbalasan sebagai pengisi acara di pesta-pesta keluarga — merupakan perkembangan tradisi Masamper yang sebelumnya eksis dalam bentuk Tunjuke di rumah duka (sterfhuis).

Perkembangan tersebut pada hakikatnya merupakan modernisasi Masamper. Argumennya sebagai berikut.

Pertama, karena pesta-pesta keluarga yang acaranya menjadi konteks pelaksanaan Masamper pada masa penulisan buku Brilman tadi (1927 – 1937) bukanlah pesta-pesta pernikahan secara adat Nusa Utara, melainkan pesta-pesta keluarga Kristen (di) Nusa Utara yang dilangsungkan secara modern dalam arti mengikuti pola budaya pesta keluarga dalam masyarakat Barat. Ini juga terindikasi dari penggunaan nyanyian-nyanyian rohani (christelijke) dalam Masamper kala itu (1927-1937), yang nota bene lebih merupakan nyanyian-nyanyian berkadar “kebangunan rohani” versi buku Dua Sahabat Lama (Schroder dan Tupamahu) dan Suling Sion #ini menurut informan saya, Jeconia Kantohe kelahiran 8 Juli 1914# bandingkan juga dengan info dalam dokumen yang bertajuk “Laporan Hasil Seminar Mebawalase-Mesampere” (Kasihan Mare dkk, Depdiknas Kabupaten Sangihe, 2006, hal. 5).

Kedua, karena Lagu Cinta Asmara — juga tiga jenis nyanyian lainnya– yang digunakan sebagai materi Masamper dalam konteks perkembangannya tadi merupakan genre musik modern. Pasalnya, genre ini dicipta dengan tangga nada musik Barat, yakni diatonik. Selain itu, khusus Lagu Cinta Asmara yang digunakan sebagai materi Masamper pada masa itu, maka genre lagu ini, dari aspek liriknya, dicipta dengan gaya ungkap pantun dan syair yang juga bercorak modern, karena proses penciptaan lirik Lagu Cinta Asmara itu dipengaruhi oleh karya sastra Angkatan Balai Pustaka, seperti novel Sitti Nurbaya karya Mara Rusli. Itu sebabnya, Lagu Cinta Asmara dalam Masamper kala itu bersifat romantis sentimental.

Adanya fenomena modernisasi Masamper sebagaimana yang dibeberkan di atas menandakan pengaruh modernisasi atas kehidupan masyarakat Nusa Utara. Mengenai pelaksanaan acara pernikahan modern dalam kehidupan masyarakat Kristen (di) Nusa Utara sebagai konteks modernisasi Masamper, maka kenyataan itu pasti dipengaruhi oleh perjumpaan langsung masyarakat ini dengan acara pernikahan anggota keluarga bangsa Barat (Eropah). Maklumlah, masa itu adalah masa kolonialisme, sehingga banyak bangsa Eropah menetap di Nusa Utara.

Selanjutnya, bertautan dengan penciptaan (dan penggubahan) Lagu Cinta Asmara dalam Masamper, maka hal itu pastilah dipengaruhi oleh fenomena musik modern Barat (Eropah) yang hadir melalui “piringan hitam” di Nusa Utara. Belum lagi pengaruh faktor pendidikan Kristen di Nusa Utara yang menempatkan Musik sebagai salah satu mata pelajaran penting sejak jenjang sekolah dasar (Zendingschool). Dalam keadaan begini, masyarakat Nusa Utara sejak dini telah mengenal tangga nada musik Barat dengan segala macam irama (ritme), tempo, tanda dinamik dan kromatiknya. Pengenalan itu niscaya menjadi bekal bagi kreativitas masyarakat ini di bidang musik.

Berkaitan dengan pengaruh sastra Angkatan Balai Pustaka terhadap proses penciptaan Lagu Cinta Asmara dalam Masamper, maka pengaruh itu merupakan konsekuensi logis dari sistem pendidikan pemerintah kolonial dan sistem pendidikan zending di Indonesia (Hindia Belanda) umumnya atau di Nusa Utara khususnya. Adalah kenyataan bahwa sistem-sistem pendidikan tersebut mewajibkan pembelajaran bahasa Melayu Tinggi (termasuk aspek keterampilan berliterasi baca-tulis). Sementara itu, adalah juga kenyatan sejarah, bahwa buku-buku karya sastra (roman atau novel) para sastrawan Angkatan Balai Pustaka ( = Angkatan 20) menjadi bacaan wajib pelajar Indonesia pada masa itu. Alhasil dari perspektif inilah kita memahami adanya pengaruh karya sastra Angkatan Balai Pustaka terhadap penciptaan Lagu Cinta Asmara dalam Masamper.

Dewasa ini, Lagu Cinta Asmara dalam Masamper mengalami pertambahan stok yang cukup banyak. Ini berkat kreativitas para seniman Masamper yang lebih banyak anonim. Dari segi musik, genre ini ada yang merambah segmen dangdut, malah ada pula yang mengangkat langgam musik Sasambo. Meski demikian, kultur musik Barat dengan tangga nada diatoniknya tampak tetap mendominasi proses penciptaan Lagu Cinta Asmara dalam Masamper.

Kenyataan serupa tampak juga terjadi pada penciptaan liriknya. Pasalnya, lirik Lagu Cinta Asmara dalam Masamper dewasa ini umumnya masih memperlihatkan aroma gaya sastra Angkatan Pujangga Baru yang kemelayu-melayuan.

Dari sisi tradisi, kenyataan ini wajar. Namun, manakala hendak terus menerus ditransformasikan, saya kira lebih baiklah para seniman Masamper merambahkan kreativitasnya ke gaya pengungkapan lirik yang lebih mutakhir. Mungkin untuk itu perlu menjalin kerja sama dengan para sastrawan/penyair berdarah Nusa Utara.

Demikian catatan eksploratif saya. Semoga memicu dialog sehat dan studi ilmiah tentang Masamper. (*)

Penulis adalah guru, peneliti budaya Nusa Utara dan kolumnis

Barta1.Com
Tags: masamperSovian Lawendatu
ADVERTISEMENT
Ady Putong

Ady Putong

Jurnalis, editor. Redaktur Pelaksana di Barta1.com

Next Post
Yenni Madina merasa dirinya dan keluarga layak menerima bantuan tunai dari pemerintah

Penerima Bantuan Disaring Pemerintah, Keluarga di Mapanget ini tak Terjaring

Discussion about this post

Berita Terkini

  • Polimdo – Kanwil Kemenkumham Sulut Teken MoU Bidang Kekayaan Intelektual 28 Juni 2022
  • Pengabdian Masyarakat, Teknik Sipil Polimdo Perbaiki Masjid An Nur Perum BTN Angkatan Laut 28 Juni 2022
  • Diskusi dengan AJI Manado, Komunitas Sanubari Sulut Sentil Pemberitaan Media yang Rugikan Mereka 28 Juni 2022
  • P/KB GMIM Kharisma Buha Bantu Warga Terdampak Bencana di Amurang 28 Juni 2022
  • Pangkey: Keterwakilan Gubenur Sulut Tak Bisa Jawab Posisi Lahan Hibah Kemenpar RI 28 Juni 2022

Berita Populer

  • ilustrasi naskah pidato

    Contoh Teks Pidato Untuk Siswa SMP-SMA Bertema Covid-19

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mencari Teks Pidato Untuk Tugas Siswa SD Bertema Melawan Corona? Ini Dia…

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membuat Karangan Bertema COVID-19, Contoh Tugas Siswa SMP dan SMA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Putra Mantan Bupati Sangihe Ditangkap Polisi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mencari Naskah Drama Natal Pendek? Ini Dia…

    407 shares
    Share 407 Tweet 0

Temukan Kami di FB

© 2018-2020 Barta1.com - Hosting by ManadoWebHosting.

No Result
View All Result
  • Contact
  • Home 1
    • Indeks Berita
  • Home 2
  • Home 3
  • Home 4
  • Home 5
  • Kebijakan Privasi
  • Laman Contoh
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Webtorial

© 2018-2020 Barta1.com - Hosting by ManadoWebHosting.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In