Raja ketiga Kerajaan Manganitu yang memerintah di tahun 1670-1675, Don Sint Jugolov Santiago atau Bataha Santiago, mengenyam pendidikan tinggi, atau sekolah kepemimpinan di Univesitas St Thomas Filipina.
Universitas yang berdiri pada 1611 itu menjadi tempat Santiago mengasah ilmu kepemimpinannya yang kelak akan memimpin Kerajaan Manganitu. Siapa menyangka ketibaannya di Filipina pada tahun 1666, Santiago terpikat dengan seorang gadis lokal yang menurut Ernest Barahama, bernama Silvana.
(baca juga: Empat Eksekusi Mati Dijatuhkan Belanda Kepada Raja Santiago)
Barahama (66) yang merupakan salah satu bagian dari garis keturunan Raja Bataha Santiago, mengatakan, ketika Santiago diutus untuk mengikuti sekolah kepemimpinan di Filipina pada tahun 1666 ia jatuh cinta kepada seorang gadis bernama Silvana.
“Selama empat tahun mengenyam pendidikan di Filipina, dia sempat jatuh cinta kepada perempuan bernama Silvana,” katanya saat disambangi barta1, baru-baru di Sangihe.
Tak heran kata dia, di tempat sang Raja mengenyam pendidikan itu, ada banyak marga Santiago. Hal itu dibuktikan juga menurut dia pada tahun 2004 dulu ada mahasiswa dari Filipina yang datang berziarah ke makam Santiago.
“Tahun 2004 saya pernah kedangan tamu mahasiswa dari filipina sebanyak 48 orang. Pada suatu saat tiba-tiba mereka menangis ketika sampai di Makam Raja. Saya tanyakan kenapa kepada pemandu mereka. Dan pemandu tersebut mengatakan, mereka senang bisa sampai di makam leluhur mereka Santiago,” ungkap Barahama yang juga saat ini dipercayai sebagai penjaga Makam Bataha Santiago.
(baca juga: Kisah Heroik Perlawanan Raja Santiago Terhadap Penjajahan Belanda)
Kisah Raja Bataha Santiago berakhir dengan peristiwa heroik. Dimana sekembalinya dari Filipina ke Manganitu, ia menjadi satu-satunya raja yang menentang penjajahan kolonialisme, hingga nyawanya menjadi taruhan dari perlawanannya itu. (*)
Peliput : Rendy Saselah
Discussion about this post