Kendati teater modern di Manado telah memiliki akar dari kurun waktu cukup jauh, namun saya harus menyebut Eric MF Dajoh sebagai sosok yang memberi roh pada pertumbuhannya.
Kalau ada yang bertanya, siapa sejatinya dapat disebut sebagai pelopor utama perkembangan teater modern di Manado, maka ingatan pertama-tama saya harus menyebut Eric. Pentolan Teater Populer Jakarta ini selama berkarya di Manado sejak era 1980-an selalu tampil dengan lakon-lakon karya dramawan kelas dunia.
Namun, sumbangan terbesar Eric bagi teater modern Manado adalah kepeloporannya. Tak sedikit sumber daya pribadinya dikerahkan dalam membangun jaringan antar para peteater di Manado dengan sejumlah dramawan Indonesia modern.
Sejak mendirikan Balai Teater Jakarta bersama kelompok dramawan asal Sulawesi Utara, antaranya Pitres Sombowadile, Teddy Kumaat, Donna Keles, ia seringmemboyong sejumlah senimanan nasional, seperti Colono Gambuh, Ikra Nagara, WS Rendra, Jose Rizal Manua, Ratna Riantiarno dalam program-program muhibah budaya ke Manado. Dari sinilah sejatinya terbangun jaringan antar seniman di Manado dengan mereka yang berada di pusat-pusat perkembangan teater modern Indonesia seperti Jakarta, Jogya dan Bandung, sejak 1990-an hingga saat ini.
Eric MF Dajoh, lahir di Steencoll, Papua, 27 Maret. Ia menjalani masa pendidikan di Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Kristen “Paulus” Dok V, Jayapura dan SD YPK “Senasaba” Kloofkamp, Jayapura. Melanjutkan ke SMP Negeri I Jayapura, SMA Gabungan Jayapura; FKIP-Uncen, lalu di FIS-Universitan Indonesia.
Pernah bekerja sebagai reporter di Majalah AKTUIL Bandung, di SELECTA Group Jakarta, (Majalah SELECTA, SELECTA SPORT, dan DR). Belajar seni teater di Sanggar Teater POPULER Jakarta, di bawah bimbingan Teguh Karya (alm).
Saya mengenal Eric sebagai pribadi kharismatik. Di lain sisi, ia pribadi yang mempesona, romantis dan penuh daya pikat. Maka tak jarang, garapan-garapan lakonnya tak lepas dari karakter flamboyan yang menjadi salah satu sisi uniknya.
Ia menulis “Lelak”, sebuah drama dengan latar sejarah dan budaya Minahasa. Lelak yang disutradarainya, memenangkan Festival Teater Indonesia pada 1980-an. Pertunjukan termutakhirnya bersama Balai Teater berlangsung pada tahun 2008 dengan lakon komedi “Don Juan, Laki-laki dari Utara, Laki-laki Bataru” di Gedung Kesenian Pinkan Matindas, Manado, pada Sabtu, 15 Desember 2007, dan kembali dipentaskan pada Selasa, 15 April 2008 di Gedung Kesenian Jakarta.
Lakon cinta karya Molliere itu diterjemahkan Eric MF Dajoh dengan latar kondisi sosial masyarakat Sulawesi Utara. Sejumlah aktor yang terlibat dalam pentas yang disutradarai Eric MF Dayoh ini antaranya, Franky Supit (Don Juan), Donna Keles (Elvira), Sylvester Setligt (Sagan), Irene Buyung (Gusmar), Sandra Dewi Dahlan (Karlote), Ventje Mait (Pier), Melissa Nayoan (Maturin), Frangky Kalumata (Narator), Servy Maradia (Pelayan), dan Ferro Kuron, Roy Kumaat, Dolfie Pantouw (Orkes Bambu/Pigura). Pelaksana pentas: Teddy Kumaat, Donna Keles, Recky Runtuwene dan Frangky Kalumata. Penata artistik: Ilham Nasikin, Penata Busana: Bebe, dan Penata Rias: Choi.
Mendirikan Walek@fi-ESA
Lakon komedi “Don Juan” adalah pentas produksi ke 9 Balai Teater sekaligus menjadi akhir dari kiprah grup yang didirikannya di Jakarta itu. Setelah kembali menetap di Manado, Eric mendirikan Komunitas seni Walek@fi-ESA.
Sebagaimana kedatangan pertamanya ke Manado pada era 1980-an, saat menetap kembali, ia mengasuh Walek@-Esa dan terus eksis membangun basis-basis kesenian di berbagai daerah di Sulawesi Utara melalui pembinaan teater dan sastra. Ia juga menjadi dramaturg untuk sejumlah pementasan teater di Manado dan Bitung. Menjadi juri festival teater. Menyutradarai sejumlah pementasan berbasis kerjasama dengan institusi pemerintahan dan swasta.
Jumat, 30 Maret 2012, bersama Komunitas Walek@fi-ESA, Eric menggelar lakon berjudul “Para Penjudi” karya Nikolai Gogol, di Gedung Pinkan Matindas, Sario, Manado. Pentas yang berdurasi sekitar 2 jam ini melibatkan para aktor teater Sulut antara lain: Fajar Gultom, Donna Keles, Riccy NF Rorong, Ekadiah Jolanda Tongkotow, Pretty Kambey, Sylvester Setlight, Nabillah Al Djindan, Allan Zefo “Soaraha” Umboh, Epiphani Pangkey, Servy Kamagi, Benny Rompas, Junius Bawotong, Bobby Berhimpon, dan beberapa pemain lainnya.
Pentas Para Penjudi kali itu merupakan kolaborasi dari beberapa sanggar teater yang ada di Sulut antara lain, Sanggar Tangkasi Bitung, Teater Karang Mantra Manado, Teater Club Manado, Teater Nadi Manado, Sanggar Bukit Berbunga Amurang, Sanggar Titik Terang Tahuna dan Sanggar Evengelion Manado.
Terakhir Walek@fi-ESA menggelar lakon “Nyanyian Angsa” disutradarai Eirene Debora yang menempatkan Eric sebagai pemeran utamanya. Lakon ini pentas perdananya berlangsung pada Sabtu, 31 Agustus 2019 di Balai Bahasa Sulut.
Di usia yang sangat matang, sebagai actor, Eric MF Dajoh nampak masih perkasa memerankan tokoh Leonardo yang diadaptasi Latirka Toar dan Eirene Debora dari karakter Vasili Svietlovidoff dalam teks asli “Nyanyian Angsa” karya dramawan modern Rusia, Anton Pavlovich Chekhov. (*)
Penulis : Iverdixon Tinungki
Discussion about this post