Tak sedikit surat-surat rahasia yang ditulis Agnes Gonxha Bojaxhiu sang penerima Penghargaan Nobel Perdamaian 1979 yang dikenal luas sebagai Bunda Teresa yang menginspirasi gerakan kemanusiaan di dunia.
Surat yang ditulisnya dalam rentang 66 tahun itu dapat dibaca dalam buku berjudul: Mother Teresa: Come Be My Light, bahkan mendasari pembuatan film ‘The Letters’, sebuah drama biografi yang disutradarai William Riead.
Bunda Teresa juga dikenal sebagai Santa Teresa setelah dikanonisasi di Vatikan, Roma, dalam misa kanonisasi yang dipimpin Paus Fransiskus. Sejak saat itu, ia sah dipanggil Santa Teresa dari Kalkuta.
Lahir di Uskub, 26 Agustus 1910 dan meninggal di Kalkuta , India pada, 5 September 1997 dalam usia 87 tahun. Ia seorang biarawati Katolik Roma keturunan Albania berkewarganegaraan India. Pendiri Missionaries of Charity; M.C. di Kalkuta, India, pada tahun 1950.
Selama lebih dari 47 tahun, ia melayani orang miskin, sakit, yatim piatu dan sekarat. Ia dikenal dunia internasional untuk pekerjaan kemanusiaan dan advokasi bagi hak-hak orang miskin dan tak berdaya.
Sepanjang hidupnya ia telah menjalankan 610 misi di 123 negara, termasuk membangun penampungan dan rumah bagi penderita HIV/AIDS, lepra dan TBC, program konseling untuk anak dan keluarga, panti asuhan, dan sekolah.
Kiprah dan karyanya di lingkup kemanusiaan telah menginspirasi banyak orang di seluruh dunia. Bahkan surat-suratnya telah menguncang perasaan terdalam hati nurani umat Kristen di seluruh dunia.
Berikut ini sebuah petikan suratnya yang sangat indah dan menggugah:
Saudara-saudaraku!
Apabila kalian merawat luka atau bilur orang miskin ingatlah bahwa yang kalian jumpai adalah bilur dan luka Kristus sendiri.
Memang hidup/ibadah dan karya sosial merupakan dua hal yang saling menjalin, tidak terpisahkan. Setiap hari pekerjaan dimulai dengan perayaan ekaristi. Apabila kalian mengumpulkan orang sakit keras dan berdiri di samping ranjang maut kalian tahu bahwa itulah saat kelanjutan ibadah kalian dalam bentuk lain.
Dalam komunitas kudus kita menerima Tuhan Kristus dalam rupa roti sedang dalam pekerjaan kita menjumpai Kristus dalam rupa daging dan darah. Aku lapar, aku telanjang, aku sakit, aku tidak beratap. Bahwa Kristus yang sama hadir dalam diri seseorang yang menderita merupakan semboyan yang menjadi kunci kehidupan kita.
Kita bukan bekerja mencari enak bagi diri kita sendiri melainkan untuk sesama kita.
Bila kita melihat Kristus dalam rupa roti dan anggur dapat juga kita melihat dia dalam orang miskin.
Kita semua mendambakan kebahagiaan bersama Tuhan. Kebahagiaan bersama Tuhan itu berarti kita telah mengambil bagian dalam mengasihi, menolong , memberi, melayani dan menyelamatkan.
Kita ada bersama Dia selama 24 jam dan meraba Dia dalam busana compang-camping. (*)
Editor: Iverdixon Tinungki
Discussion about this post