CUKUP banyak talenta pesepakbola Sulut berkiprah di kancah nasional. Meski lama vakum, pemunculan klub baru menjanjikan Sulut United di Liga 2 Indonesia dan lolosnya tim PON Sulut ke Papua membuktikan kualitas para pemain.
Sayang, pandemi Corona (Covid-19) membuyarkan harapan pencinta sepakbola Sulut melihat aksi-aksi brilian pemain Sulut United dan tim PON Sulut. Meski begitu, tak salah kita mengingat kembali jejak perjuangan tim sepakbola Sulut di PON XIV 1996 Jakarta yang merebut medali perunggu (juara 3).
Alen Mandey dan kawan-kawan terbilang merupakan tim terbaik dan mencatatkan sejarah di era itu. Anak asuh almarhum Arie Kussoy dan Asistennya almarhum Mahmud ‘Uthe’ Thalib sukses mengalahkan Sulsel pada perebutan medali perunggu.
Bahkan kala itu sebenarnya peluang masuk finalis cukup terbuka lebar, andai gol spektakuler Alen Mandey dari jarak sekitar 45 meter atas tim favorit juara Jawa Timur yang dijaga kiper timnas Hendro Kartiko, mampu dipertahankan hingga akhir laga.
Unggul 1-0 babak pertama akhirnya Sulut harus mengakui keunggulan Jatim yang diperkuat banyak pemain nasional dan pemain yang beredar di Liga 2 PSSI musim 95/96 seperti Hendro Kartiko, Anang Maaruf, Eri Irianto (almarhum), Chairil Anwar, I Putu Gede, Bejo Sugiantoro, Kuncoro, Nurul Huda, Reinold Pieterz, Agus Winarno dan lain-lain.
“Yang pada akhirnya Jatim sendiri keluar sebagai juara setelah di partai final mengalahkan Irian Jaya (Papua) yang diperkuat Ortizan Salosa, Carilino Ivak Dalam, Albert Yom, Silas Ohe dan kawan-kawan. Di semifinal Irian Jaya mengalahkan Sulsel,” kenang Alen Mandey pada Barta1.com, Kamis (30/4/2020).
Pada perebutan tempat ketiga (medali perunggu) tim asuhan Arie Kussoy melupakan kekalahan dari Jatim di semi final. Sulut tampil dengan semangat luar biasa sehingga membungkam Sulsel 2-0 melalui gol Stenly ‘Ungke’ Mamuaja dan Alen Mandey.
Sulsel sendiri bukan tim asal-asalan. Mereka dihuni pemain-pemain berkualitas yang cikal bakal sebagai pilar PSM Makassar setelah PON. Diantaranya M Ayun Khan (almarhum), Yuniarto Budi, Maulid Ibrahim, Wahyudin, Baso Nyongko, Basilius, Rifai Djufry, Basri Badusalam, Adam Roy (pernah memperkuat Persiba Balikpapan), Marwal Iskandar (Persikota, Persipura, Persija, Persebaya, Perseden).
Tim Redaksi Barta1.com menelusuri 11 pemain utama (starting line up) ketika mengalahkan Sulsel.
Hendra Pandeynuwu (kiper)
Turun pada semua laga tim Sulut selama PON XIV di Jakarta. Setelah PON Hendra menjadi kiper utama Persma Manado selama beberapa musim, kemudian sempat melanjukan karir dibeberapa klub di Indonesia seperti Perseden Denpasar, Persmin Minahasa dan Persibom Bolaang Mongondow.
Setelah pensiun ayah dari kiper utama Borneo FC, Gianluca Pandeynuwu ini aktif sebagai PNS di Pemprov Sulut sebelum mutasi ke Pemkab Minsel. Sekarang menjabat sebagai Inspektur Pembantu di Inspektorat Pemkab Minsel.
Arifin Adrian (libero)
Pemain lincah asal Kota Gorontalo ini menjadi palang pintu terakhir tim Sulut selama PON XIV Jakarta. Pada pertandingan melawan Sulsel, Arifin didaulat sebagai kapten. Walau pun berpostur tidak terlalu tinggi tapi dia sangat sulit dilewati satu lawan satu penyerang lawan.
Disamping punya kecepatan, Ipin sapaan akrabnya, juga pintar dalam membaca permainan. Menark sepulang dari PON, Arifin bertransformasi menjadi full back kanan berkarir di Persma Manado, dan Persibom Bolmong. Setelah pensiun Arifin mengambil lisence kepelatihan. Disamping itu juga aktif sebagai PNS di Pemkot Manado.
Leo Akira Soputan (stoper)
Kapten utama Sulut pada perhelatan PON XIV. Punya kemampuan duel udara, visi permainan dan long passing yang bagus. Setelah PON Jakarta, Leo melanjutkan karirnya bersama tim bertabur bintang Pelita Jaya yang dihuni banyak pemain Timnas PSSI seperti Ansyari Lubis, I Made Pasek Wijaya, Kurniawan Dwi Yulianto, Indryanto Nugoroho, Eko Purjianto, Gusnedi Adang dan lain-lain.
Kemudian Leo berpindah ke Persita Tanggerang dan sempat juga kembali ke Sulut memperkuat Persibom Bilmong sebelum pensiun. Saat ini Leo menjadi asisten dari Coach Ricky Nelson di Sulut United.
Rachman Bereki (almarhum/stoper)
Stoper bertubuh jangkung asal Kabupaten Gorontalo merupakan pemain yang mempunyai karakter keras dalam bermain sehingga banyak striker lawan seakan sungkan berhadapan dengannya. Bahkan striker sekelas Irwansyah dari Aceh dibuat mati kutu sewaktu bertemu pada babak penyisihan.
Disamping itu juga Bereki sangat sering naik membantu penyerang. Bahkan sewaktu melawan Aceh dia mencetak 1 gol melalui sundulan kepala dari tendangan sudut. Setelah PON Bereki berlabuh di Persmin Minahasa saat Divisi I, kemudian ke Persma dan terakhir di Persidago Gorontalo.
Dia juga diangkat sebagai PNS Pemprov Sulut kemudian bermutasi ke Provinsi Gorontalo. Pada tahun 2016 dia meninggal dunia akibat serangan jantung setelah selesai bermain futsal di daerahnya. Eks rekan-rekan tim PON Sulut mengadakan pertandingan in memoriam di Gorontalo.
Stevi Ateng Kussoy (full back kanan)
Pada pertandingan lawan Sulsel yang merupakan laga terakhir perebutan juara tiga, Stevy ‘Ateng’ Kussoy sejatinya adalah gelandang bertahan selama perhelatan PON. Karen saat itu full back kanan utama John Patras tidak diturunkan karena akumulasi kartu kuning. Maka Coach Arie Kussoy memainkan Stevy di full back kanan.
Diposisi barunya itu dia tampil sempurna. Selama PON Stevy mencetak 1 gol melalui tendangan jarak jauh melawan Bali di babak 6 besar. Sepulang PON, Stevy menjadi pilar utama di tim kelahiranya, Persmin Minahasa. Kemudian merumput bersama Persma Manado, dan sempat bermain untuk PSIR Rembang. Saat ini Stevy tercatat sebagai THL di Dinas Damkar Minahasa.
Denny Otta (full back kiri)
Pemain kelahiran Langowan, Minahasa ini merupakan pemain yang berposisi murni full back kiri. Mempunyai kemampuan over laping yang baik dan serta umpan silang yang akurat serta mempunyai tendangan keras. Setelah PON sempat dia bermain untuk Persma Manado dan menghabiskan karir di Persmin Minahasa. Saat ini Otta tercatat sebagai PNS di Sekretariat DPRD Sulut. (bersambung)
Penulis : Agustinus Hari
Discussion about this post