Sitaro, Barta1.com — Berada di ujung Utara Pulau Siau serta akses yang terisolir bebatuan lava hasil erupsi Gunung Api Karangetang, kegiatan belajar mengajar di Sekolah Dasar (SD) GMIST Eppata Batubulan tetap dimaksimalkan, meski hanya memiliki 2 Guru ASN dibantu 1 tenaga honorer.
Saat dimintai tanggapan awak media terkait dengan kondisi tersebut, usai pelaksanaan Musrenbangdes Kampung Batubulan di Kantor Kampung, kepala sekolah Jefton Kendung turut membenarkan hal itu.
“Iya memang di sekolah kami ada 2 orang guru ASN dengan dibantu 1 orang guru honorer,” tutur Jefton Kendung, baru-baru.
Sehingga dengan kondisi tersebut, menurut dia, ketiganya berupaya semaksimal mungkin membagi waktu untuk kegiatan belajar mengajar.
“Waktu dibagi sebaik mungkin, agar proses belajar mengajar tetap maksimal,” kata dia.
Meskipun begitu, lanjut dia, kekurangan guru tidak menjadi halangan bagi mereka mengingat kebutuhan pendidikan di wilayah yang terdampak erupsi gunung berapu Karangetang sangat diperlukan masyarakat khususnya anak didik.
“Kurang lebih ada 38 anak didik yang terdaftar di sekolah ini, semuanya tinggal di kampung ini,” ungkapnya.
Sekcam Sibarut, Iver Salindeho di sela-sela Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes) Kampung Batubulan belum lama ini menjelaskan, dirinya sempat menjabat salah satu kepala bidang di Dinas Pendidikan.
“Persoalan penempatan guru memang terkendala dengan aturan, mengingat perbandingan sekolah negeri dan sekokah swasta /yayasan ada sekitar 60 banding 40 persen,” jelas Salindeho.
Sehingga lebih lanjut, pemerintah berkewajiban untuk mengisi atau memenuhi tenaga guru dengan mengutamakan sekolah negeri.
“Sebab sekolah swasta atau yayasan dianggap mampu mengelolah atau dengan kata lain menyiapkan sarana prasarana dan juga ketersediaan guru. Meskipun demikian, pemerintah berkebijakan untuk menfasilitasi setiap kebutuhan sekolah swasta,” tukas dia. (*)
Peliput: Stenly Rein Mes Gaghunting
Discussion about this post