Oleh: Iverdixon Tinungki
Pearly Eirene dan Latirka Toar adalah sepasang manusia yang sedang dilanda cinta. Dan saya merasa Anton Chekhov menulis “ Nyanyian Angsa” untuk mereka.
Drama ini akan dipentaskan pada Pentas Sastra 2019. Sabtu, 31 Agustus 2019. Di aula Balai Bahasa Sulawesi Utara, jalan Diponegoro nomor 25 Manado. Pukul 18.30 wita.
Dan sebagaimana catatan pembuka saya, kisah cinta Pearly Eirene dan Latirka Toar, menjadikan pertunjukan drama ini menarik ditunggu. Mengapa?
Pertama, “Nyanyian Angsa” Chekhov telah ditulis ulang oleh Eirene Debora dan Latirka Toar sendiri. Maka sebagaimana pepatah Perancis “Traduire est Trahir” –menerjamahkan adalah menghianati– penulisan kembali ini bisa jadi adalah penunggangan tanpa ampun atas ide era romantik Chekhov, ke masa kini Pearly Eirene dan Latirka Toar, yang dalam bahasa saya, notabene sepasang manusia kesepian yang mencoba membaca sisa tanda-tanda kehidupan di ujung paling rentah hidupnya.
Kedua, drama ini disutradarai oleh Eirene Debora, seorang sutradara muda yang sedang berjuang “naik kelas” kendati di era di mana kelas tak menarik lagi diperbincangkan.
Upaya naik kelas ini ternyata tak tanggung-tanggung, Eirene Debora, gadis berparas klasik yang membuat saya harus membayangkan “Madam Wu’ –sosok tokoh anggun dalam novel klasik Cina— ikut berperan sebagai Pearly Eirene bersama, Allan Zefo Umboh, seorang penyair esentrik dan Eric Dajoh, salah satu nama besar dari deretan bintang Teater Populer-nya Teguh Karya.
Ada kolaborasi menarik juga di sana, Jane Angela Annastasia Lumi, salah satu penyair terkemuka Sulut dipasang sebagai penata musik dan puisi. Ada juga Tashya Lumi (Pelukis) serta Mesty Londa (Penata Rias & Busana).
Menyelami Dunia Chekhov
Namun sebelum membicangkan Nyanyian Angsa ala Pearly Eirene dan Latirka Toar, mari membicangkan Anton Pavlovich Chekhov (1860-1904). Dramawan ini adalah salah seorang penulis cerita pendek (cerpen), dramawan modern Rusia, serta dokter. Ia memandang dunia dalam karyanya adalah sebuah dunia yang indah dan romantik, tanpa pahlawan dan penjahat.
Gayanya bercerita yang dramatis, mengaduk psikologis pembaca, diselingi humor-humor khas serta ciri linguistik Chekhov, membuat karyanya khas dan berkarakter.
Dalam buku A Russian Affair terdapat empat karya Chekov: Tentang Cinta, Rumah Berloteng, Kunjungan ke Teman-Teman, Lonych dan Wanita dengan Anjing Kecil.
Baca Juga:
Cerita Chekhov adalah kisah tentang kehilangan cinta, cinta pada waktu yang salah dan cinta yang tidak pernah didapat. Dari tema cinta ini pembaca akan diperkenalkan untuk (men)cinta tanpa henti, tentang kemungkinan-kemungkinan cinta yang menarik dan ekstrem.
Dari beberapa literature disebutkan, Chekhov lahir 1860. Ia dibesarkan di Taganrog, Rusia Selatan, dekat Laut Azov. Ia anak ketiga dari enam bersaudara. Ayahnya pemiliki toko kelontong. Kakek Chekhov adalah seorang budak yang membeli kebebasan keluarganya pada tahun 1841. Sementara ayahnya mencoba memperbaiki status sosial dengan membuka toko. Chekhov muda dan saudara-saudaranya bekerja di toko keluarga dan belajar di sekolah setempat. Tahun 1876 ayahnya bangkrut dan pindah ke Moskow untuk memulai usaha baru. Ibunya kemudian menyusul. Chekhov masih tetap tinggal hingga menyelesaikan sekolahnya.
Gambaran tokoh-tokoh dalam karya Chekhov rata-rata adalah tipikal orang yang berbudaya, baik, bermakna, tetapi pada akhirnya kecewa hingga apatis dan tidak efektif secara politis atau sebaliknya. Sementara ia pribadi yang menemukan kondisi aktivitas yang membosankan karena lingkungan yang konservatif. Akibatnya terjadi konflik yang melemparkan sebuah bayangan dalam semua ceritanya.
Karya-karya besar Chekhov di antaranya Paman Vanya, The Seagull, dan The Cherry Orchard. Dalam A Russian Affair kita akan melihat adanya fokus cerita pada cinta dan harapan kehidupan. Kisah dalam buku ini menawarkan sebuah harapan di masa depan.
Lantas bagaimana pandangan filsuf Carl Jung terhadap cinta ala Chekov ini? Ikuti serial berikutnya dari tulisan ini. (*)
Discussion about this post