Manado, Barta1.com – Ratusan pengiat lingkungan di Sulawesi Utara bersinergi dengan pemerintah mendorong ekowisata pesisir pantai menjadi lebih maju. Salah satunya dengan melestarikan hutan mangrove di Bahowo, Kelurahan Tongkaina, Kecamatan Molas.
Pengiat lingkungan yang diwadahi LSM Manengkel Solidaritas terlihat berbondong-bondong melakukan aksi penanaman 2000 bibit mangrove sejak 11 Mei, 17 Mei, dan 18 Mei, kemudian ditutup dengan acara puncak, Selasa (28/5/2019) kemarin.
Mangrove di Bahowo merupakan kunci dan benteng pesisir Sulut dari ancaman abrasi laut, menjadi tempat bertumbuhnya ikan-ikan. Selain itu mangrove dapat menambahkan nilai ekonomi bagi masyarakat. Di Bahowo sendiri dikelola Kelompok Tunas Baru yang lumayan pendapatan mereka saat ini.
“Bahowo merupakan lokasi terakhir mangrove yang ada di Manado. Sehingga masyarakat dan pemerintah harus melestarikan sebagai benteng pesisir. Nantinya akan mencegah berbagai ancaman terhadap bencana lingkungan hidup di Manado,” ujar Kadis Lingkungan Hidup Sulut, Ir Marly E Gumalag MSi.
Selain itu, kata dia, dari lokasi itu akan menciptakan dan memajukan destinasi ekowisata. “Ini merupakan salah satu program Gubernur Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur Steven Kandouw,” tuturnya.
Kesempatan itu, diberikan tanda penghargaan bagi seluruh relawan yang terlibat.
Fenly Derek, salah satu aktifis lingkungan menyampaikan terima kasih atas kepedulian bersama antara pemerintah dan pengiat lingkungan di Sulut. “Sekiranya bentuk kerja sama dalam merawat dan melestarikan alam tetap terus terjaga sampai kapan pun. Dan mari jadikan Bahowo sebagai benteng terkahir dalam kehidupan kita,” tuturnya Staff Menengkel Solidaritas.
Peliput: Meikel Eki Pontolondo
Discussion about this post