Bitung, Barta1.com – Cagar Alam Tangkoko di Kota Bitung kini berusia 100 tahun pada 21 Februari 2019. Diketahui sejak zaman pemerintah Hindia Belanda, dilakukan penetapan kawasan hutan yang di kelilingi hewan endemik.
Asal mula disebut Cagar Alam Tangkoko karena cagar alam hayati yang tinggi terdapat hewan endemik seperti tarsius, taki, dan elang sulawesi. Alfred Russel Wallace, peneliti berkebangsaan Inggris melakukan penelitian keanekaragaman hayati dan biologi di Cagar Alam Tangkoko.
Melihat kekayaan hayati dan biologi yang begitu tinggi membuat Pemkot Bitung sangat peduli dalam perlindungan dan pelestarian Cagar Alam Tangkoko.
Mau bukti? Lihat saja, pada peringatan 100 Tahun Cagar Alam Tangkoko, Pemkot Bitung melaksanakan kegiatan selama 2 hari, 20-21 Februari 2019 di Lapangan Singkauang, Batuputih. Hari pertama, berupa seremoni, workshop pariwisata, lingkungan hidup, seni dan sekolah lingkungan, serta live musik.
Lalu hari kedua, peresmian Patung Alfred Russel, konser lingkungan dan pemutaran film sekalis penutupan.
“Memperingati 100 tahun Cagar Alam Tangkoko menandakan bahwa Tangkoko adalah salah satu cagar alam yang dilindungi di Indonesia. Sehingga pemerintah terus melakukan pencegahan dan pelestarian terhadap kekayaan alam yang sudah menjadi objek wisata yang terkenal diseluruh dunia,” ujar Walikota Bitung, Max J Lomban.
Dia pun mengajak masyarakat dan pengiat lingkungan membantu pemerintah meneruskan pejuangan Wallace yang merupakan pejuang lingkungan. “Patung Alfred Russel Wallace yang diresmikan di Kampung Wisata Batuputih sangat penting untuk menghargai perjuangannya dalam menjaga dan melestarikan lingkungan. Tanpa Wallace kemungkinan kita semua tidak mengetahui mengenai kekayaan hayati dan biologi di hutan tangkoko,” katanya.
Sembari ia menambahkan dengan adanya patung ini akan mengundang simpati dari berbagai turis asing untuk wisata di Kota Bitung.
Irvan Van Gobel, pengiat lingkungan KMPA Tunas Hijau Airmadid,i mengaku salut dengan Pemkot Bitung yang sangat perduli terhadap lingkungan.
“Kita wajib mendukung. Apalagi kegiatannya mengedukasi warga yang datang memperingati 100 tahun Cagar Alam Tangkoko. Menjaga kelestarian hutan sebagai kesatuan ekosistem karena Cagar Alam Tangkoko merupakan kawasan yang unik akan keanekaragaman hayati,” ungkap Gobel.
Nona Diko, pengiat konservasi Tangkoko mengungkapkan kegiatan positif seperti ini bermanfaat bagi masyarakat Bitung, apalagi di Batuputih ini yang memang berdekatan dengan Cagar Alam Tangkoko. “Saat ini kami juga mengajarkan anak-anak yang tinggal di sini tentang konservasi,” ujarnya sembari tersenyum.
Pada perayaan 100 Tahun Cagar Alam Tangkoko, juga digelar pameran terkait pelestarian lingkungan yang mengedukasi masyarakat lewat gambar dan sosialisasi.
Stand-stand itu antara lain dari Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki (PPST), Batu Putih Kreatif (Batik), Olvim Oksin Katiandagho, Komunitas ONE LOVE, KMPA Tunas Hijau, Pendidikan Konservasi Tangkoko (PKT), Komunitas Fotografer Batu Putih, 100% Kampung Kilat, Vespa Bitung Bersatu, LSM Torang Peduli, LSM Selamatkan Yaki, VESPONIC, dan Komunitas Tuli Peduli Bitung.
Peliput : Meikel Eki Pontolondo
Discussion about this post