MANADO, BARTA1.COM – Sosok tenaga pendidik seperti guru atau dosen dengan profesinya melekat dimana saja mereka berada, sehingga kata pendidik selalu digunakan sebagai identitas. Baik ketika melakukan aktifitas yang berkaitan dengan dunia pendidikan maupun kegiatan di luar ranah pendidikan.
Meskipun demikian, karakteristik dan indikator pendidik teladan itu masih menjadi sangat dilematis mengingat belum adanya standar baku yang dapat dijadikan landasan dasar untuk membangun keteladanan itu sendiri.
Salah satu karakteristik yang perlu dimiliki seorang pendidik sehingga dapat diteladani peserta didiknya adalah kerendahan hati, pendidik akan memiliki kepribadian yang diidolakan apabila berani mengakui kesalahan (jika memang telah terjadi kesalahan) sebagai perwujudan kerendahan hati.
Sering terjadi seorang pendidik dengan dalil menjaga kewibawaan berperilaku tidak rendah hati dihadapan peserta didik. Padahal pendidik tidak menyadari bahwa setiap langkah, tutur kata, cara pandang, dan berbagai respons yang ditampilkan menjadi bahan penilaian dan pembicaraan bagi para peserta didik.
Tentu saja keteladanan buruk mengacaukan pemahaman mereka yang berujung pada pencitraan konsep diri menjadi kurang baik, sehingga pada prinsipnya terdapat korelasi positif antara keteladanan pendidik dan kepribadian peserta didik. Dengan demikian, pendidik dipandang sebagai sumber keteladanan, karena sikap dan perilaku pendidik nempunyai implikasi yang luar biasa terhadap peserta didik.
Dosen Universitas Tinggi Ilmu Kesejahteraan Sosial (STIKS) Manado, Johny Lumowa SSos MSi, bahwa keteladanan seorang pendidik yang harus ditanamkan kepada peserta didik mencakup tiga aspek yaitu, integritas.
“Integritas yang ditunjukkan oleh pendidik dalam menjalankan tugas berdasarkan profesi keguruannya berupa kejujuran, kepatuhan, etika, dan moral yang seharusnya mengakar dalam pribadi seorang pendidik sehingga dapat menjadi idola bagi peserta didiknya,” ujarnya.
Kemudian profesionalitas. Pendidik yang profesionalitas adalah pendidik yang memiliki idealisme, komitmen, kompeten, tanggung jawab, prediktif, analitik, kreatif, dan demokratis.
Peserta didik yang menjadikan pendidik sebagai idola akan berusaha untuk mencontohi dan meneladani sifat-sifat profesional ini dalam bertindak dan bertutur. Satunya lagi keiklasan. “Seorang pendidik dalam melaksanakan profesinya dengan iklas,” tuturnya suami dari Louse Sumayouw.
Ia mengatakan, seharusnya pendidik mengintegrasikan keiklasan ini dalam mengiringi aktivitas pembelajaran sehingga menjadi modal sosial yang perlu diteladani oleh peserta didik.
Pria kelahiran Tondano ini menyimpulkan bahwa keteladanan seorang pendidik yang memiliki integritas, profesionalitas, dan keikhlasan akan dapat membangun karakter peserta didik. Jika seorang pendidik mampu mengintegrasikan nilai-nilai kedisiplinan, kejujuran, moral, kepatuhan terhadap aturan yang berlaku, keikhlasan mendidik, keluasan ilmu dan tanggung jawab ke dalam perkataan, perasaan, sikap, dan perilaku yang berujung pada pembangunan karakter anak bangsa,” ujar ayah dari Febryan Lumowa.
Peliput : Albert Piterhein Nalang
Discussion about this post